Prinsip Dasar Persepsi

Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan keseluruhan [the whole]. Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi.

Gambar berikut menunjukkan bahwa persepsi manusia bukanlah hasil penjumlahan unsur-unsurnya [segitiga terbalik ditambah bujursangkar biru yang terpotong], tetapi seseorang dapat melihat ada segitiga putih di tengah walau tanpa garis yang membentuk segitiga tersebut.

Segi tiga putih

Prinsip persepsi yang utama adalah prinsip figure and ground. Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia, secara sengaja maupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang menjadi fokus atau bentuk utama [=figure] dan mana yang menjadi latar [=ground].

Contoh gambar gadis dan nenek, menunjukkan bahwa seseorang dapat menjadikan bentuk gadis sebagai figure, dan detil yang lain sebagai ground, atau sebaliknya.
Beberapa contoh visual lain dapat dilihat berikut ini.

Wajah perempuan atau pemain terompet?

Liar?

Berhias?

Dalam kehidupan sehari-hari, secara sengaja atau tidak, kita akan lebih memperhatikan stimulus tertentu dibandingkan yang lainnya. Artinya, kita menjadikan suatu informasi menjadi figure, dan informasi lainnya menjadi ground. Salah satu fenomena dalam psikologi yang menggambarkan prinsip ini adalah, orang cenderung mendengar apa yang dia ingin dengar, dan melihat apa yang ingin dia lihat.

Dipublikasi di Psikologi | Meninggalkan komentar

Persepsi

Persepsi [perception] merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, kalau bukan dikatakan yang paling penting. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi harus dibedakan dengan sensasi [sensation]. Yang terakhir ini merupakan fungsi fisiologis, dan lebih banyak tergantung pada kematangan dan berfungsinya organ-organ sensoris. Sensasi meliputi fungsi visual, audio, penciuman dan pengecapan, serta perabaan, keseimbangan dan kendali gerak. Kesemuanya inilah yang sering disebut indera.

Jadi dapat dikatakan bahwa sensasi adalah proses manusia dalam dalam menerima informasi sensoris [energi fisik dari lingkungan] melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal “neural” yang bermakna. Misalnya, ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah benda berwarna merah, maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap oleh organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak, yang kemudian diinterpretasikan sebagai “warna merah”.

Berbeda dengan sensasi, persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang diterimanya. Benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna merah, tapi orang tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah itu, misalnya.

Contoh klasik dari fungsi persepsi ini tampak pada gambar berikut ini. Coba perhatikan baik-baik, gambar siapa yang Anda lihat?

Berapa usia wanita ini?

Sekarang, coba lihat gambar berikutnya.

Berapa usia perempuan di gambar ini?
Dalam contoh gambar pertama, mungkin Anda akan melihat gambar seorang gadis yang sedang memandang ke arah kanan. Pada gambar kedua, mungkin seseorang masih akan melihat seorang gadis seperti pada gambar yang pertama, tapi sebagian orang yang lain akan melihat seorang nenek. Nenek atau gadis yang Anda lihat? Apakah Anda juga bisa melihat yang sebaliknya [dari gadis ke nenek, dan dari nenek ke gadis]? Apakah Anda bisa melihat keduanya pada saat yang bersamaan?

Contoh klasik ini menggambarkan the power of perception. Gambar ini adalah sebuah stimulus sederhana yang hanya menyangkut satu sensasi yaitu visual, dan cukup untuk menghasilkan persepsi yang berbeda. Bayangkan dalam kehidupan sehari-hari, ada begitu banyak pengalaman perseptual yang sangat mungkin menimbulkan persepsi yang berbeda.

Dipublikasi di Psikologi | Meninggalkan komentar

Persepsi, Emosi, Intelegensi dan Memori

A. Persepsi

Persepsi adalah proses aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta memberi makna pada informasi yang di terimanya.
Persepsi bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan keseluruhan [the whole]. Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat menjelaskan bagaimana seseorang menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi.
Dalam teori gestalt ada yang disebut prinsip “Figure and Ground”. Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia, secara sengaja maupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang menjadi fokus atau bentuk utama [=figure] dan mana yang menjadi latar [=ground]. Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Merupakan tokoh dari teori ini yang menyimpulkan bahwa:
“Seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh”. Contoh Kasus

Apabila sedang berada di dalam kelas di depan ada seorang dosen yang sedang mengajar dan di dekatnya ada White Board, Laptop, LCD, Meja, Kursi dll. Menurut anda mana yang menjadi Figure atau latar belakangnya ?

Dari masalah diatas, yang menjadi Figure atau mana yang menjadi Ground tergantung dari orang mempersepsikan keadaan tersebut atas apa stimulus yang ia terima. Kalau menurut saya, apabila saya mempersepsikan keadaan tersebut sedang melakukan aktivitas belajar, maka yang menjadi Figure adalah dosen yang sedang ada didepan dan yang lainnya adalah sebagai Ground.
Namun seringkali terjadi kesalahan persepsi, dalam kasus diatas seringkali seorang mahasiswa terjebak dalam keadaan yang membuatnya salah mempersepsikan terhadap stimulus yang ada, misalnya mahasiswa lebih tertarik menjadikan salah satu benda yang ada didepannya sebagai figure, hal ini sering kali terjadi karena persepsi seseorang dipengaruhi oleh ketersediaan informasi sebelumnya, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.

B. Emosi

Emosi ialah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjusment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.
Peter Salovey dan John D. Meyer adalah orang yang pertama-tama mengenalkan istilah kecerdasan emosi. Mereka menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengerti emosi, menggunakan dan memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran, mengenal emosi dan pengetahuan emosi, dan mengarahkan emosi secara reflektif sehingga menuju pada pengembangan emosi dan intelektualitas. Menurut mereka, terdapat empat tahapan keterampilan emosi untuk mencapai kecerdasan emosi. Masing-masing dari empat tahapan kecerdasan emosi itu memiliki empat hal. Berikut penjelasannya masing-masing.

Tahap 1. Persepsi, penilaian, ekspresi emosi.

Tahap pertama ini terdiri dari empat hal :
• Mampu mengenal emosi secara fisik, rasa, dan pikir. Artinya seseorang mampu mengenali emosi yang terwujud dalam ekspresi fisik, dalam perasaan yang dirasakan, dan yang ada dalam pikiran.
• Mampu mengenal emosi pada orang lain, desain, karya seni dan lainnya melalui bahasa, bunyi, penampilan dan perilaku. Artinya, selain mampu mengenali emosi orang lain, juga mampu mengenali emosi yang tergambar dalam sebuah cerita atau musik, mengenali emosi yang diekspresikan tokoh dalam lukisan dan lainnya.
• Mampu mengekspresikan emosi secara tepat dan menunjukkan kebutuhan yang terkait dengan perasaannya.
• Mampu membedakan ekspresi perasaan yang tepat dan yang tidak tepat, antara jujur dan yang tidak jujur. Seseorang tahu bahwa ekspresi emosinya jujur atau tidak. Juga tahu orang lain jujur atau tidak. Begitu juga tahu apakah emosinya dalam suatu situasi tepat atau tidak. Misalnya tahu bahwa dalam upacara pernikahan tidaklah tepat jika bersedih.

Tahap 2. Fasilitasi emosi untuk berpikir

Tahap kedua ini terdiri dari empat hal yaitu :
• Emosi memberikan prioritas pada pikiran dengan mengarahkan perhatian pada informasi yang penting. Misalnya menghindar bahaya lebih penting karena itu takut datang.
• Emosi cukup jelas dan tersedia sehingga emosi tersebut dapat digunakan sebagai bantuan untuk menilai dan sebagai ingatan yang berhubungan dengan rasa.
• Perubahan emosi mengubah perspektif individu dari optimis menjadi pesimis, mendorong untuk mempertimbangkan berbagai pandangan.
• Emosi mendorong adanya pembedaan pendekatan khusus dalam pemecahan masalah. Misalnya saat bahagia akan mendorong lebih kreatif.

Tahap 3. Pengertian dan penguraian emosi; penggunaan pengetahuan emosi.

Tahap ketiga ini terdiri dari empat hal, yaitu:
• Mampu memberikan label emosi dan mengenal hubungan antara berbagai kata dan emosi itu sendiri. Misalnya hubungan antara
• Mampu untuk mengartikan bahwa emosi berkaitan dengan hubungan. Misalnya marah terkait dengan gangguan, sedih terkait dengan kehilangan, takut terkait dengan ancaman, dan lainnya.
• Mampu mengerti rasa yang kompleks. Misalnya mampu memahami terdapatnya campuran rasa, ada cinta, cemburu, benci sekaligus, lalu antara terkejut dan takut, dan lainnya.
• Mampu mengenali perpindahan diantara emosi. Misalnya dari rasa bangga menjadi malu, dari rasa bahagia menjadi sedih, dari rasa tersinggung menjadi rasa kagum.

Tahap 4. Pengarahan reflektif emosi untuk mempromosikan pengembangan emosi dan intelektual

Tahap terakhir ini juga terdiri dari empat hal, yaitu :
• Mampu untuk tetap terbuka untuk rasa menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
• Mampu melibatkan diri atau menarik diri secara reflektif dari suatu emosi dengan mendasarkan pada pertimbangan adanya informasi atau kegunaan.
Mampu memantau emosi secara reflektif dalam hubungan dengan diri sendiri dan orang lain.
• Mampu mengelola emosi dalam diri sendiri dan orang lain dengan mengurangi emosi negatif dan memperbesar emosi positif, tanpa menambahkan atau melebih-lebihkan informasi yang menyertainya.

Ciri-Ciri Kecerdasan Emosi

• Tahan terhadap frustasi
• Mampu memotivasi diri
• Mampu mengendalikan diri
• Tidak berlebihan dalam kesenangan
• Stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir
• Berempati dan berdoa

Contoh Kasus

• Andi seorang mahasiswa psikologi di suatu perguruan tinggi negeri tidak dapat melanjutkan kuliahnya dikarenakan kekurangan biaya.

Dalam kasus ini, Andi dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi apabalia ia dapat mengendalikan diri terhadap keadaan yang menimpanya, sehingga ia mampu memotovasi dirinya untuk bangkit dari keadaanya. Meskipun terasa berat tapi ia tetap mampu mengendalikan pikirannya untuk mencari jalan keluar dari permasalahannya ini, mungkin dengan ia bekerja untuk menutupi kebutuhannya, walaupun memerlukan pengorbanan dan kerja keras tapi ia tidak merasa putus asa karena nasib yang telah menimpa dirinya, bahkan ia mampu memotivasi dirinya untuk melanjutkan cita-citanya. Apabila Andi berhasil menghadapi keadaannya dengan baik, maka ia dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi, karena Andi memiliki cirri-ciri orang yang meiliki kecerdasan emosi, diantaranya: Tahan terhadap frustasi, Mampu memotivasi diri, Mampu mengendalikan diri, Stress terhadap keadaannya tidak meyebabkan kemampuan berpikirnya melemah.

• Malas belajar

Salah satu karakteristik emosi adalah mempengaruhi persepsi, motivasi, pikiran, dan tindakan. Jelas dalam kasus malas belajar faktor kecerdasan emosi sangat berperan besar, karena emosi mempengaruhi persepsi seseorang bagaimana ia memandang seberapa pentingkah ia belajar. Lalu emosi juga mempengaruhi motivasi, jelas disini emosi sangat memberikan peran yang sangat besar terhadap orang tersebut untuk memotivasi orang tersebut, yang akan merubah pikiran dan persepsinya terhdap belajar yang akan di salurkan dengan tindakan memahami belajar adalah sebagai suatu kebutuhan bukan sekedar kewajiban. Dikarenakan, apabila seseorang mengangap belajar hanyalah sebuah kewajiban maka secara sadar atau pun tidak sadar kita sering melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dengan kata lain kita sering meninggalkan kewajiban. Tetapi apabila kita mempersepsikan belajar adalah sebagai sebuah kebutuhan maka kita akan mengejarnya. Seperti apa yang dimaksudkan Maslow dalam teori kebutuhannya, manusia akan berusaha mencapai dan mengejar kebutuhan yang ingin dicapainya, karena dalam teori maslow tujuan manusia adalah untuk mencapai aktualisasi diri, dimana dalam mencapai aktualisasi diri ada tahapan-tahapan yang harus dicapainya. Salah satu cara untuk mencapai tahapan itu adalah dengan rajin belajar.

C. Intelegensi

Kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
Ada beberapa teori mengenai intelegensi, diantarnya :

1. Teori Two- Faktor : Inteligensi terdiri dari faktor G (general factor) kecerdasan umum yang berfungsi dalam setiap aktivitas mental & faktor S (specific factors) kemampuan khusus seseorang : verbal, numerikal, mekanikal, perhatian, imajinasi, dll.(Charles Spearman). 2. Teori Primary Mental Abilities: inteligensi terdiri sekelompok faktor (primary Mental Abilities) :verbal comprehension,numerical, spasial visualization, perseptual ability, memory, reasoning & word fluency. (L.L Thurstone).
3. Teori Triarchis: menggambarkan proses berpikir Sebagai komponen yang diklasifikasikan menurut fungsi & sifat:
– Meta component: mengidentifikasi masalah, merencanakan, menunjukan perhatian dan memantau sejauh mana strategi yang dipilih tersebut bekerja.
– Performance component: melaksanakan strategi yang telah dipilih.
– Knowledge acquisition component : menyangkut perolehan pengetahuan (Sternberg).

Faktor yang mempengaruhi intelegensi:
– Bawaan (Gen/Keturunan)
– Lingkungan (hereditas)

Contoh Kasus

Manakah yang lebih pintar menurut anda, Albert Einstein, Myke Tyson atau Mozart?
Dalam kasus ini, kita tidak bisa sertamerta membandingkan seorang ilmuan dengan seorang olahragawan serta musisi.
David wechsler mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Dengan kata lain ketiga orang diatas bisa dikatakan paling pintar, karena mereka telah menempatkan kemampuannya dalam bidang yang mereka kuasai dan menguasainya secara efektif.
Permasalahannya dari kasus diatas, dipandang dari aspek mana yang dimaksudkan untuk menentukan kepintaran diantara ketiga orang tersebut? Karena Einstein sebagai seorang ilmuan yang telah menyumbangkan pemikirannya untuk kemajuan keilmuan dikatakan sebagai ilmuan yang pintar bahkan jenius, sedangkan Myke Tyson sebagai seorang olahragawan dibidang tinju dikatakan pintar juga dalam bidangnya seperti halnya Einstein, karena Tyson mengolah kemampuannya dengan baik di bidangnya tersebut, serta Mozart sebagai seorang musisi yang cerdaspun telah mengolah kemampuannya dibidangnya dengan sangat baik. Jadi dalam permasalahan kasus diatas kita tidak bisa mengatakan salah satu dari ketiga orang tersebut adalah yang paling pintar, karena mereka semua adalah orang yang pintar dan ahli dibidangnya masing-masing. Andaikan penilaian diambil dalam segi keilmuan tentulah Einstein orang yang paling pintar, tetapi apabila penilaian diambil dalam segi olahraga tinju tentulah Einstein atau Mozart yang kalah dibandingkan dengan Tyson, demikian juga bila penilaian diambil dalam segi seni tentulah mozart orang yang paling pintar diantara ketiga orang diatas. Sebagaimana pendapat David wechsler di atas, orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengolah dan menguasai lingkungannya secara efektif. Dengan demikian ketiga orang tersebut adalah orang yang cerdas dan pintar karena mereka mampu mengolah dan menguasai lingkungannya masing-masing secara efektif.

D. Memori

Kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan dimasa yang akan datang. Apabila informasi yang telah disimpan tidak dapat dipanggil kembali atau perlu waktu untuk mengingatnya kembali, berarti terjadi apa yang dinamakan dengan lupa.

Teori-teori lupa

1. Decay Theory
Memory menjadi semakin aus dengan berlalunya waktu dan bila tidak digunakan (tidak diulang kembali) “reaharsal”. Menurut teori ini, sebuah informasi yang telah disimpan didalam memory apabila tidak digunakan, informasi itu akan sulit dipanggil kembali. Karena meenurut teori ini memory akan semakin aus dengan berlalunya waktu.

2. Interference Theory
Informasi yang telah disimpan dalam Long Term Memory terganggu oleh informasi lain.
Menurut teori ini,sebuah informasi yang telah disimpan di Long Term Memory akan sulit dipanggil kembali karena terganggu oleh informasi-informasi lain (baru).

3. Retrieval Failure
Kegagalan untuk mengingat mungkin terjadi karena tidak adanya petunjuk yang memadai.
Menurut teori ini, kegagalan untuk memanggil kembali sebuah informasi yang telah disimpan di karenakan tidak adanya petunjuk, maksudnya saat kita menerima sebuah informasi, kita tidak membuat petunjuk untuk mengarahkan kepada informasi tersebut, seperti dengan mengaitkan informasi tersebut dengan sesuatu yang bermakna bagi kita.

4. Motivated Forgetting Theory: orang cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan/kurang bermakna.
Menurut teori ini, seseorang akan melupakan sebuah informasi apabila saat dia menerima informasi tersebut, dia merasa informasi tersebut tidak/kurang bermakna bagi dirinya, sehingga ia sengaja atau tidak sengaja tidak menyimpan informasi tersebut dengan baik.

5. Gangguan Fisiologis
Setiap penyimpangan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik otak yang disebut dengan engram. Gangguan pada enggram akan mengakibatkan lupa.

Upaya Meningkatkan Kemampuan Ingatan

• Retrieval (pengulangan)
Dengan melakukan pengulangan-pengulangan terhadap sebuah informasi, diharapkan informasi tersebut dapat tersimpan dengan baik, sehingga saat kita membutuhkan informasi tersebut, kita dapat memanggil informasi tersebut.

• Informasi yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal lain. Konteks (peristiwa, tempat, nama, perasaan tertentu) memegang peranan penting.
Sebuah informasi agar mudah dipanggil kembali saat kita membutuhkan informasi tersebut, diharapkan saat menerima informasi tersebut sebelum kita menyimpannya di Long Term Memory diharapkan informasi tersebut dihubungkan dengan hal-hal yang mempunyai peranan penting dalam diri kita.

• Mengorganisasi informasi sedemikian rupa sehingga dapat diingatkan kembali.
Saat menerima sebuah informasi diharapkan kita mengorganisasi informasi tersebut dengan baik, agar saat kita ingin memanggil kembali informasi tersebut kita tidak kesusahan untuk mengingatnya.

Contoh Kasus

Sering terjadi kasus dimana kita lupa terhadap nama seseorang padahal kita telah mengenal orang tersebut.
Kasus seperti ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dimana seseorang yang telah kita kenal sebelumnya, kita lupa siapa namanya. Hal ini terjadi dianataranya diakibatkan pada saat kita menerima informasi dalam hal ini namanya, kita tidak menyimpan dan mengorganisasikannya dengan baik, ataupun karena pada saat itu kita merasa bahwa orang tersebut tidak berarti bagi kita, sehingga kita cenderung untuk melupakannya. Seperti halnya orang yang lupa terhadap janji yang telah diucapkannya, sama seperti kasus diatas, karena ia merasa janji yang di ucapkannya kurang berarti baginya sehingga ia cenderung melupakan janjinya.

Penutup

Manusia untuk mampu hidup dalam sebuah situasi kemasyarakatan, harus mampu memahami keadaan-keadaan yang terjadi dalam situasinya tersebut. Persepsi, membantu manusia untuk memahami bagaimana cara menginterpretasikan suatu stimulus dengan baik, bagaimana ia mampu mengendalikan emosi yang ada dalam dirinya. Kecerdasaan emosi seseorang sangat berperan penting dalam hasil dari penginterpretasiannya. Kemampuan menyimpan sebuah informasi yang sangat baik harus mampu dikuasai agar segala sesuatu informasi yang telah didapatkan dapat dipanggil kembali saat dibutuhkan. Segala kemampuan trersebut harus dimiliki karena satu sama lain saling membutuhkan. Penginterpetasian ditopang keadaan emosi orang tersebut, seteleh berhasil menginterpretasikan hal tersebut, memori berusaha menyimpan data tersebut dengan baik agar tidak terjadi apa yang disebut dengan lupa. Persepsi seseorang mampu merubah kehidupan orang tersebut karena persepsi seseorang merupakan hasil dari interpretrasinya terhadap lingkungan ataupun keadaan yang ada. Dalam hal ini kecerdasan emosipun ikut berperan penting agar terciptanya suatau interpretasi yang baik.

Dipublikasi di Psikologi | Meninggalkan komentar

Doa Malaikat Kecilku

Ya Allah, berilah mama kesehatan… sembuhkanlah mama supaya mama bisa ke kantor lagi, aamiiin…

Bocah kecil berusia empat tahun, dengan mata berkaca-kaca… tangan tertengadah… berdoa kepada Tuhannya, untuk kesembuhan sang Bunda. Sesaat selepas berdoa, ia menoleh kepada Bunda untuk memberikan senyum kecil nan tulus. Matanya yang bulat bening, seolah mengatakan bahwa ia sangat berharap Bunda dapat sehat kembali, supaya dapat beraktifitas seperti sedia kala.

Aku terharu. Sama sekali tidak pernah menyangka bahwa dia adalah malaikat kecil, yang dianugerahkan Allah Yang Pemurah kepada kami.

Badanku yang terbaring lemas tanpa daya di atas pembaringan ini, secepat kilat seakan mendapat kekuatan baru mendengar barisan doa itu. Perlahan aku beringsut dari posisi tidurku, lantas duduk bersandar. Masih di pembaringan.

”Makasih, ya Kak… Kakak sangat baik sama Mama,” ucapku tak kalah tulus.

”Iya, sama-sama… Mama juga sangat baik sama Iq,” sahutnya, sembari datang memelukku.

Ah… Tuhan, indah sekali moment seperti ini. Pintar sekali dia, bak seorang dewasa saja tingkahnya. Terima kasih! Seruku dalam hati.

Anak kecil itu, memang masih sangat kecil jika diajak untuk berbicara banyak hal yang rumit. Namun Subhannallah… betapa ia sudah peka dengan yang terjadi di sekelilingnya, termasuk untuk mendoakan mamanya yang sedang sakit. Padahal, jika pun aku sembuh… waktuku tak banyak kuberikan padanya.

***

Sejak dokter kandungan menyatakan bahwa aku mengandung anak kedua tiga bulan lalu, daya tahan tubuhku agak menurun. Seringkali mudah terserang sakit. Lebih cepat lelah. Dan kadang, kurasakan mual. Jika dibandingkan dengan kehamilan pertama, aku memang harus banyak bersyukur karena kali ini tak serepot dahulu. Jika dulu aku sempat tak doyan makan nasi hingga usia kandungan tiga bulan, kini nafsu makanku malah meningkat. Aku juga tak sampai muntah. Alhamdulillah

Namun mungkin, karena merasa lebih sehat dari dulu, aku lepas kontrol. Bekerja terlalu keras, bahkan seringkali lembur, hingga pulang ke rumah larut malam. Memang sih, di awal tahun begini, pekerjaanku seringkali menumpuk. Maka jadilah kemudian aku ambruk!

Suatu pagi, dua hari lalu, aku merasakan tubuhku teramat lunglai. Ketika kupaksakan bangun, mataku berkunang-kunang dan hampir terjatuh. Beruntung ada suami di belakangku, yang kemudian memapahku kembali ke kamar.

Dan sejak saat itu pula, aku nyaris tidak mengerjakan suatu pekerjaan apa pun, kecuali berbaring. Tiduran. Walau tak bisa juga aku tidur. Berdasarkan pemeriksaan dokter, aku kecapekan. Diminta untuk banyak beristirahat. Hmm…  Meski begitu, pikiranku masih saja melayang ke kantor, menuju pekerjaan yang pasti kian hari kian terbengkalai karena belum tersentuh.

Dan kesibukanku sebagai ibu rumah tangga sekaligus perempuan bekerja, membuat waktu terasa begitu sempit untuk berbagi dengannya. Meskipun demikian, bocah suci itu… selalu saja periang. Mudah memaafkan. Dan tak pernah menyimpan setitik amarah pun dalam hati putihnya.

Kini, setelah mendengar doanya, aku baru menyadari. Bahwa selama empat tahun ia diamanahkan kepada kami, aku belum begitu bisa menjaganya.

Seringkali ketika ia meminta perhatian, dengan tiba-tiba duduk di pangkuanku, misalnya. Aku malah mengusirnya. Memintanya duduk sendiri, dengan alasan dia sudah semakin besar. Atau ketika dia datang dengan setumpuk buku cerita di tangan mungilnya untuk dibacakan, seribu satu alasan kuberikan padanya. Aku amat paham bahwa ia sangat sayang padaku. Namun jahatnya, aku seringkali menggunakan belas kasihnya sebagai dalih.

”Nanti malam saja, Sayang. Mama masih capek, baru datang dari kantor. Lagipula tenggorokan mama gatal, jadi… nanti malam saja ceritanya, ya… ”

Dan seperti yang sudah-sudah, alasan kecapekan atau sakit, selalu ia terima dengan senyuman. Ia pun pergi dengan tumpukan bukunya.

Dan selama itu pula, aku tak pernah menyesal. Padahal aku mungkin telah mengecewakannya begitu rupa.

Sekarang… doa tulusnya telah berhasil membangunkan aku dari kekhilafan. Aku berharap, dan akan berjuang keras… untuk tidak menolak keinginan baiknya. Untuk menyambut perhatian yang ia damba dari bundanya.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepadaku, untuk dapat berubah menjadi bunda yang lebih baik buatnya. Karena Allah telah begitu sayang kepadaku, dengan memberikan putra yang demikian sholih… hingga dalam usianya yang relatif sangat sangat muda, doa tulusnya telah mengalir buatku.

Dan semoga kelak ia menjadi anak yang sholih, yang bisa menerangi kubur dan mengangkat derajat kami di Syurga, dengan doa-doa panjangnya yang melimpah, aamiiin…

”Apabila anak cucu Adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholih yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim, dari Abu Hurairah ra).

”Akan diangkat derajat seorang hamba yang sholih di Syurga. Lalu ia akan bertanya-tanya: Wahai Allah, apa yang membuatku begini? Kemudian dikatakan kepadanya, Permohonan ampun anakmu untukmu.” (HR Ahmad, dari Abu Hurairah ra).

————-

Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam… yang telah menganugerahkan kepada kami, malaikat kecil penyejuk hati. Terima kasih, Nak…

Dipublikasi di Islami | Meninggalkan komentar

Hati – hati dengan HATI

Seorang pria telungkup di tengah lapangan yang luas di bawah teriknya sinar matahari, dengan tas disampingnya. Lalu segerombolan orang menghampiri dan memeriksa keadaan pria tersebut. Meninggal, kata salah satu orang gerombolan tersebut. Mereka kemudian sepakat membuka tas disamping pria itu dan mencari tahu apa yang sebenarnya yang terjadi. Ternyata mereka semua berpikiran sama, andai tas itu terbuka sesaat sebelumnya, maka pria tersebut mungkin tidak meninggal dalam keadaan seperti ini.

Apakah isi tas itu?? Hayo apa ayoo? Ternyata isi tas itu adalah parasut. Parasut itu gagal terbuka pada saat si pria melakukan terjun payung. Memang sangat menyedihkan dan naas. Parasut jadi penentu keselamatan jiwa para penerjun payung. Dan…begitu jugalah hati kita. Hati hanya akan berfungsi jika dalam keadaan terbuka, open heart-lah istilahnya gitu. Hati akan menjadi penyelamat. Kita akan menyerap petunjuk lebih mudah, menerima hidayah lebih mudah dan berprilaku lebih mulia. Jangan biarkan hati tertutup dengan butir-butiran kotoran hati, yang akan kian menebal jika tidak segera dibersihkan. Karena pada keadaan tertentu, kotoran hati tidak dapat dibersihkan dengan hanya sekali-dua kali kilapan ‘wing porselen’!! Kotoran hati tersebut sudah menjadi bagian dari prilaku dan sikap keseharian manusia.

Oleh karena itu :
“Perhatikanlah  hatimu karena ia akan menjadi fikiranmu
Perhatikanlah fikiranmu karena ia akan menjadi perkataanmu
Perhatikanlah perkataanmu karena ia akan menjadi perbuatanmu
Perhatikanlah perbuatanmu karena ia akan menjadi kebiasaanmu
Perhatikanlah kebiasaanmu karena ia akan menjadi karaktermu
Dan Perhatikanlah karaktermu karena ia akan menjadi lintasan hatimu”

Semuanya kembali kediri kita masing-masing. Tanyakan pada diri sendiri apa yang akan terlintas dalam hati kita pada saat ini, saat itu, dalam keadaan ini, dan jika berada dalam keadaan itu. Karena kalau bukan diri sendiri yang bertanya lalu siapa lagi…….??? Masa harus orang lain..hehe ‘just try to do better’

wallahualam bishshowab
Wassalam

Dipublikasi di Islami | Meninggalkan komentar

Jangan Putus Asa Dalam Berdo’a

“Janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang doa-doa, ketika Allah menunda ijabah doa itu“

Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan kepada kita semua agar kita tidak berputus asa dalam berdoa.Mengapa demikian? Karena nafsu manusia seringkali muncul ketika Allah menunda ijabah atau pengabulan doa-doa kita. Dalam kondisi demikian manusia seringkali berputus asa, dan merasa bahwa doanya tidak dikabulkan. Sikap putus asa itu disebabkan karena manusia merasa bahwa apa yang dijalankan melalui doanya itu, akan benar-benar memunculkan pengabulan dan Allah.Tanpa disadari bahwa ijabah itu adalah Hak Allah bukan hak hamba. Dalam situasi keputusasaan itulah hamba Allah cenderung mengabaikan munajatnya sehingga ia kehilangan hudlur (hadir) bersama Allah.

Dalam ulasannya terhadap wacana di atas, Syekh Zaruq menegaskan, bahwa tipikal manusia dalam konteks berdoa ini ada tiga hal:

Pertama, seseorang menuju kepada Tuhannya dengan kepasrahan total, sehingga ia meraih ridha-Nya. Hamba ini senantiasa bergantung dengan-Nya, baik doa itu dikabulkan seketika maupun ditunda. la tidak peduli apakah doa itu akan dikabulkan dalam waktu yang panjang atau lainnya.

Kedua, seseorang tegak di depan pintu-Nya dengan harapan penuh pada janji-Nya dan memandang aturan-Nya. Hamba ini masih kembali pada dirinya sendiri dengan pandangan yang teledor dan syarat-syarat yang tidak terpenuhi, sehingga mengarah pada keputusasaan dalam satu waktu, namun kadang-kadang penuh harapan optimis. Walaupun hasratnya sangat ringan, toh syariatnya menjadi besar dalam hatinya.

Ketiga, seseorang yang berdiri tegak di pintu Allah namun disertai dengan sejumlah cacat jiwa dan kealpaan, dengan hanya menginginkan keinginannya belaka tanpa mengikuti aturan dan hikmah. Orang ini sangat dekat dengan keputusasaan, kadang-kadang terjebak dalam keragu-raguan, kadang-kadang terlempar dijurang kebimbangan. Semoga Allah mengampuninya.

Syekh Abu Muhammad Abdul Aziz al-Mahdawi mengatakan, “Siapa pun yang tidak menyerahkan pilihannya dengan suka rela kepada Allah Ta’ala, maka orang tersebut terkena istidraj (sanjungan yang terhinakan). Orang tersebut termasuk golongan mereka yang disebut oleh Allah: “Penuhilah kebutuhannya, karena Aku benci mendengarkan keluhannya.” Tetapijika seseorang memasrahkan pada pilihan Allah, bukan pilihan dirinya, maka otomatis doanya telah terkabul, walaupun beium terwujud bentuknya. Sebab amal itu sangat tergantung pada saat akhirnya. “

Wacana di atas dilanjutkan:

“Allahlah yang menjamin ijabah doa itu menurut pilihan-Nya padamu, bukan menurut pilihan seleramu, kelak pada waktu yang dikehendaki-Nya, bukan menurut waktu yang engkau kehen-daki.”

Seluruh doa hamba pasti dijamin pengabulannya. Sebagaimana dalam firman Allah :
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan bagimu. “

Allah menjamin pengabulan itu melalui janji-Nya. Janji itu jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat tersebut Allah tidak menfirmankan dengan kata-kata, “menurut tuntutanmu, atau menurut waktu yang engkau kehendaki, atau menurut kehendakmu itu sendiri.”

Dalam hadits Rasutullah SAW bersabda: “Tak seorang pun pendoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengka-bulannya) demi pahalanya, atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.” (HR. Imam Ahmad dan AI-Hakim).

Dalam hadits lain disebutkan, “Doa di antara kalian bakal di ijabahi, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, (sampai akhirnya) seseorang mengatakan, “Aku telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku. “ (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam menafsiri suatu ayat “Telah benar-benar doa kalan berdua di ijabahi” maksudnva baru 40 tahun diijabahi doanya. Menurut Syekh Abul Hasan asy-Syadzili, perihal firman Allah: “Maka hendaknya kalian berdua istiqamah”, maksudnya adalah “tidak tergesa-gesa”. Sedangkan ayat, “Dan janganlah kalian mengikuti jalannya orang-orang yang tidak mengetahui”, maksudnya adalah orang-orang yang menginginkan agar disegerakan ijabah doanya. Bahwa ijabah doa itu diorientasikan pada pilihan Allah, baik dalam bentuk yang riil ataupun waktunya, semata karena tiga hal:

Pertama, karena kasih sayang dan pertolongan Allah pada hamba-Nya. Sebab Allah Maha Murah, Maha Asih dan Maha Mengetahui. Dzat Yang Maha Murah apabila dimohon oleh orang yang memuliakan-Nya, ia akan diberi sesuatu yang lebih utama menurut Kemahatahuan-Nya. Sementara seorang hamba itu pada dasarnya bodoh terhadap mana yang baik dan yang lebih bermashlahat. Terkadang seorang hamba itu mencintai sesuatu padahal sesuatu itu buruk baginya, dan terkadang ia membenci sesuatu padahal yang dibenci itu lebih baik baginya. Inilah yang seharusnya difahami pendoa.

Kedua, bahwa sikap tergantung pada pilihan Allah itu merupakan sikap yang bisa mengabadikan hukum-hukum ubudiyah, di samping lebih mengakolikan wilayah rububiyah. Sebab manakala suatu ijabah doa itu tergantung pada selera hamba dengan segala jaminannya, niscaya doa itu sendiri lebih mengatur Allah. Dan hal demikian suatu tindakan yang salah.

Ketiga, doa itu sendiri adalah ubudiyah. Rahasia doa adalah menunjukkan betapa seorang hamba itu serba kekurangan. Kalau saja ijabah doa itu menurut keinginan pendoanya secara mutlak, tentu bentuk serba kurang itu tidak benar. Dengan demikian pula, rahasia taklif (kewajiban ubudiyah) menjadi keliru, padahal arti dari doa adalah adanya rahasia taklij’itu sendiri. Oleh sebab itu, lbnu Athaillah as-Sakandari menyatakan pada wacana selanjutnya:

“Janganlah membuat dirimu ragu pada janji Allah atas tidak terwujudnya sesuatu yang dijanjikan Allah, walaupun waktunya benar-benar nyata.”

Maksudnya, kita tidak boleh ragu pada janji Allah. Terkadang Allah memperlihatkan kepada kita akan terjadinya sesuatu yang kita inginkan dan pada waktu yang ditentukan. Namun tiba-tiba tidak muncul buktinya. Kenyataan seperti itu jangan sampai membuat kita ragu-ragu kepada janji Allah itu sendiri. Allah mempunyai maksud tersendiri dibalik semua itu, yaitu melanggengkan rububiyah atas ubudiyah hamba-Nya. Syarat-syarat ijabah atasjanji-Nya, terkadang tidak terpenuhi oleh hamba-Nya. Karena itu Allah pun pernah menjanjikan pertolongan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW dalam perang Uhud dan Ahzab serta memenangkan kota Mekkah. Tetapi Allah menutupi syarat-syarat meraih pertolongan itu, yaitu syarat adanya sikap “merasa hina” di hadapan Allah yang bisa menjadi limpahan pertolongan itu sendiri. Sebab Allah berfirnian dalam At-Taubah: “Allah benar-benar menolongmu pada Perang Badar, ketika kamu sekalian merasa hina “.

Kenapa demikian? Sebab sikap meragukan janji Allah itu bisa mengaburkan pandangan hati kita terhadap karunia Allah sendiri. As-Sakandari meneruskan:

“Agar sikap demikian tidak mengaburkan mata hatimu dan meredupkan cahaya rahasia batinmu”.

Bahwa disebut di sana padanya pengaburan mata hati dan peredupan cahaya rahasia batin, karena sikap skeptis terhadap Allah itu, akan menghilangkan tujuan utama dan keleluasaan pandangan pengetahuan dibalik janji Allah itu.

Dipublikasi di Islami | Meninggalkan komentar

Jika Aku Jatuh Cinta

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu…
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amin !

Dipublikasi di Islami | Meninggalkan komentar

VAKSIN ANTI PERSOALAN HIDUP

Oleh : Asrima Melati Daulay
Alloh Al-Kholiq telah menciptakan manusia dalam keadaan yang sempurna (At Tiin-4) dan seimbang (Al-infithaar). Sistim tubuh kita juga telah diatur Alloh sedemikian rupa sehingga segalanya berada dalam keteraturan. Subhanalloh ! Untuk menjaga keseimbangan sistim dalam tubuh, Alloh juga telah melengkapi tubuh manusia dengan bermacam-macam antibodi yang berfungsi sebagai “tameng Bila ada racun atau “virus pengganggu yang merusak keseimbangan sistim tubuh maka “tamengtersebut langsung “berjihaduntuk melindungi tubuh dari serangan musuh. Allohu Akbar !

Namun ada kalanya, antibodi tersebut menjadi lemah dalam menangkal “virus pengganggu Hal tersebut dapat disebabkan kurangnya “maintenancesi empunya tubuh.Untuk membantu antibodi memulihkan kondisinya maka diperlukan “vaksinyang diinjeksikan ke dalam tubuh untuk membantu antibodi dalam melaksanakan tugasnya.

Demikian halnya dengan persoalan hidup yang dapat disamakan sebagai virus pengganggu Bila virus influenza mengganggu sistim tubuh maka virus persoalan hidup akan mengganggu sistim jiwa manusia.

Kegelisahan, keresahan, kesedihan, putus asa, pesimis adalah jenis-jenis “virus penggangguyang sering muncul. Bila “maintenanceterhadap jiwa kurang optimal maka “antibody jiwaakan mulai melemah dalam “menangkalpersoalan-persoalan yang dihadapi.

Jenis-jenis “vaksinyang kudu disiapkan untuk diinjeksikan dalam jiwa untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup adalah :

1. Syukur & Sabar
Bila mendapat nikmat maka bersyukur dan bila mendapat ujian maka bersabar dan keduanya adalah kebaikan.
Hitunglah nikmat-nikmat yang telah diperoleh selama ini dan bandingkan dengan masalah yang dihadapi. Pasti jumlahnya akan terpaut jauh. Bersyukurlah kepada Alloh.

Sabar dalam menghadapi masalah-masalah yang ada pasti lahir karena adanya keyakinan bahwa Alloh lah satu-satunya yang berkehendak atas ujian-ujian yang diberikan terhadap kita dan Alloh jualah yang akan memberikan jalan keluarnya. Hanya kepada Alloh lah kembali segala urusan dan hanya Alloh lah yang Maha Mengetahu apa yang terbaik buat hamba-hambaNya.

2. Do’a, Ikhtiar & Tawakal
Do’a adalah senjatanya orang mukmin yang disempurnakan dengan ikhtiar. Dengan do’a kita memohon kepada Alloh agar Dia menganugerahkan keteguhan atau ke istiqomahan kita dalam kesabaran. Setelah ikhtiar yang sungguh-sungguh, hasil ikhtiar kita sepenuhnya diserahkan kepada Alloh. Fa’idza ‘azamta fa tawakkal ‘alallooh.

3. Evaluasi diri & optimis
Jangan lupa, setelah sabar & tawakal, do’a & ikhtiar telah dilaksanakan maka evaluasi kembali diri. Bisa jadi karena kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan maka Alloh memberi ujian-ujian yang menjadi peringatan bagi kita. Optimislah bahwa semua masalah-masalah yang ada pasti hikmahnya dan bila itu akibat kesalahan-kesalahan kita maka yakinlah bahwa Alloh akan mengampuni dan memaafkan dosa dan kesalahan-kesalahan kita karena Dia Al ‘afuwwunGhofuur.

Untuk mengefektifkan fungsi “vaksinmaka pemakaiannya kudu tertib dan teratur.
Yakinlah sahabat, bila vaksinnya telah berfungsi maka virus persoalan hidup apapun yang datang, akan dapat dihadapi dengan jiwa yang bersih dan bebas dari persangkaan buruk (su’udzhon) terhadap Alloh.

InsyaAlloh.
Wallohu a’lam bis showwab..

Robbishrohli sodrii wayassirli amrii..amiin ya robbal ‘alamiin. (Ya Robbku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah segala urusanku).

Dipublikasi di Islami | Meninggalkan komentar

Kunci Diri dan Do’a Yang Terindah

Ibarat permata, aku hanya punya satu, dan jika kuberikan, aku tak punya apa-apa lagi. Apakah permata itu ?. Permata itu_lah “Cinta”

Cinta yang ku pelajari entah dari negeri yang mana, Cinta yang lebih indah jika “Cinta itu tak pernah sampai”. Kenapa??…karena dengan energinya dia akan terus berkembang dan akan terus menjadi baik…dan akan terus…sampai pada suatu titik yang bernama “keikhlasan”.

Jadi siapa selayaknya yang mendapatkan permata itu ??…. tak lain dan tak bukan hanya untuk_Nya, dan karena_Nya pula, terwujud rasa “Cinta pada makhluk_Nya”, seperti anda…karena permata itu telah menjadi “mutiara” kini, yang tak pernah habis jika saya berikan, dan tetap selalu ada…

Sahabatku rahimakumullah…, Cinta merupakan karunia terindah yang Allah berikan pada kita, maka hadiahkanlah kembali kepada_Nya, Jika engkau ingin kebaikan untuk dirimu sendiri…

Jika engkau sudah punya “Cinta” tersebut, engkau telah punya  “Kunci” untuk mengharungi kehidupan ini… Karena hakikat dirimu hanyalah seorang hamba “yang Harus Punya Cinta Sejati Pada Tuannya”.

Dan jika engkau mencintai seseorang janganlah secinta-cintanya, karena boleh jadi suatu ketika dia akan menjadi musuh bagimu, dan jika engkau membenci seseorang, sewajarnyalah saja…karena boleh jadi suatu ketika dia akan menjadi sahabatmu…

Cintailah seseorang karena Allah Swt, niscaya engkau tidak akan pernah merasa kecewa…! Karena bagaimanapun memberi itu lebih indah, berharga dan mulia (di mata Allah) daripada menerima…!!!

Allah sangat menyayangimu…., Dia akan menjagamu jika engkau semua selalu mengingat_Nya dalam setiap detak jantung, denyut nadi, dan hembusan nafasmu…..Insya Allah.

Do’a Yang Terindah ( Dimana maksud dari kata aku adalah anda…)

Wassalam

Dipublikasi di Islami | Meninggalkan komentar

Tentang Cinta

MISKONSEPSI

Cinta berpijak pada perasaan sekaligus akal sehat. Miskonsepsi pertama yang ditentang Bowman adalah manusia jatuh cinta dengan menggunakan perasaan belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk juga menggunakan akal sehat. Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan deal kelompok dari mana kita berasal. Bohong besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggungan-jawab bila perbuatan-perbuatan impulsif itu berakibat buruk suatu ketika nanti. Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan sinyal kebodohan. Cinta membutuhkan proses, Bowman juga menolak anggapan cinta bisa berasal dari pandangan pertama. “Cinta itu tumbuh dan berkembang dan merupakan emosi yang kompleks,” katanya.

CINTA BUTUH WAKTU

Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi memang tidak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu saja. Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga jatuh dari langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih orang lain sebagai titik fokus baru. Yang mungkin terjadi dalam fenomena “cinta pada pandangan pertama” adalah pasangan terserang perasaan saling tertarik yang sangat kuat-bahkan sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jeda. Dalam kasus “cinta pada pandangan pertama”, banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Sebaliknya dengan orang yang benar-benar mencinta, mereka mencintai pasangan sebagai personalitas yang utuh.

CINTA BERBAGI, TIDAK MENGONTROL

Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol pasangan. Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah demi kepuasan kekasih. Orang yang mencinta tidak menganggap kekasih sebagai atasan atau bawahan, tapi sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri. Bila kita berkeinginan menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarangnya beraktivitas positif, mengatur seleranya berbusana) atau melulu mengalah (tidak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak keberatan dinomorsekiankan), berarti kita belum siap memberi dan menerima cinta.

BUATLAH CINTA ITU KONSTRUKTIF

Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggaan) pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi konstruktif, dan merencanakan masa depan. Sebaliknya dengan yang jatuh cinta impulsif. Bukannya berpikir dan bertindak konstruktif, dia kehilangan ambisi, nafsu makan, dan minat terhadap masalah sehari-hari. Yang dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi. Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu bisa menjadi subsitusi kenyataan.

CINTA TIDAK MELENYAPKAN SEMUA MASALAH

Penganut faham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan cinta itu obat bagi segala penyakit (panacea). Kemiskinan dan banyak problem lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang (berarti tidak benar-benar mencinta) cenderung membutakan mata saat tercegat masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia mengenyampingkan problem.

CINTA CENDERUNG KONSTAN

Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan kita pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara realistis. Lantas saat kembali bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan, kita menyukainya dalam kadar sebanding.

CINTA TIDAK BERTUMPU PADA DAYA TARIK FISIK

Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik penting. Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak faktor lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah, hanya terasa menyenangkan bila kita dan pasangan saling menyukai personalitas masing-masing. Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita menganggap kontak fisik hanya memberi sensasi menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan.

CINTA TIDAK BUTA

Cinta itu buta? Tidak sama sekali. Orang yang mencinta melihat dan menyadari sisi buruk kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolerir. Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun keinginan itu haruslah didasari perhatian dan maksud baik. Tidak boleh ada kritik kasar, penolakan, kegeraman, atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu menerima tanpa keinginan memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya secuil keburukan yang sangat mungkin bisa diperbaiki.

CINTA MEMPERHATIKAN KELANJUTAN HUBUNGAN

Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan perkembangan hubungan dengan kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Sebisa mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat, mempertahankan, dan memajukan hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencinta menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.

CINTA BERANI MENYATAKAN HAL YANG TIDAK DISUKAI

Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang sungguh-sungguh mencinta memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak disukai kekasih demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata “tidak” saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu.

Dipublikasi di Love Story | Meninggalkan komentar